Aspek
Medis Selam
Snorkeling(Skin
Diving)
Snorkeling
merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam. Ini
bertujuan untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan kaki yang
berguna pada saat penyelam.
Yang
harus diperhatikan dalam snorkeling yaitu:
1. Dead Air Space
Pada
umumnya snorkel yang dipakai penyelam tidak lebih dari 30 cm panjangnya. Hal
ini untuk menghindari Dead Air Space atau volume ruang udara mati yang
mengakibatkan udara hanya bergerak di daerah itu saja dan tidak ke lingkungan
bebas. Sehingga bertambah panjang snorkel akan bertambah besar ruang udara
mati.
2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)
Seorang
penyelam skin yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam air lebih
lama, apabila dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami kekurangan
oksigen (anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak mendapat O2.
3. Shallow Water Blackout
Pingsan
di air dangkal. Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi berlebih
sehingga kadar karbondioksida menurun tajam dan selama penyelaman tubuh
mengalami hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh untuk bernapas belum ada.
Hiperventilasi
adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin diving dengan
bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin untuk bertahan
napas lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2. Sebenarnya cara ini
berbahaya karena jika kadar CO2 turun, maka tidak akan terjadi perangsangan
untuk bernapas ke permukaan.
Penyelam
skin yang melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian menyelam pada
kedalaman 10 feet (10 m) akan mengalami peningkatan tekanan parsial O2 dalam
darah dari 3 psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke yang lebih dalam lagi sehingga
melewati batas dimana CO2 telah memberikan peringatan untuk muncul. Dikarenakan
CO2 kurang saat hiperventilasi, sedangkan O2 yang digunakan sudah pada titik
rendah ½ psi yang pada akhirnya CO2 menumpuk hingga batasnya dan penyelam akan
muncul ke permukaan.
Sesampainya
di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka akibatnya akan
pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena anoxia (kehabisan
O2).
Gejalanya
yaitu denyut nadi dan tekanan darah meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki,
serta pingsan.
Segera
berikan udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan mulut ke
mulut.
Untuk
itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin diving, bernapas dalam dua kali
sudah cukup untuk menyelam secara efisien. Jangan melakukan hiperventilasi dan
hindari menahan napas melewati peringatan CO2. Untuk penyelam scuba jangan
melakukan hiperventilasi.
4. Squeeze Paru
Merupakan
barotrauma yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold diving/skin
diving. Penyelam mengalami sesak napas setelah mencapai permukaan dari
kedalaman > 100 FSW. Dapat disertai dengan batuk berdarah/berbuih dan harus
diberikan oksigen. Gejala tersebut menurun dalam beberapa hari.
Hal
ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru (TLV)
berkurang kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan transpulmonal
melebihi tekanan alveoli, hal ini akan menyebabkan pengeluaran cairan dan darah
membuat penyelam sesak napas.
Penyelam
normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga tekanan 5
ATA (132 FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze paru. Akan tetapi
beberapa penyelam dapat menyelam lebih dari itu tanpa masalah.
SCUBA
Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan
pada Tubuh
Karena
adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam ke dalam
akan mengalami efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan equalisasi yaitu
penyesuaian tekanan.
1. Efek Langsung Tekanan
Pada
tubuh manusia terdapat rongga-rongga udara dan apabila untuk menyelam akan
mengalami tekanan langsung yang dapat berpengaruh terhadap rongga-rongga
tersebut.
Rongga
tersebut yaitu kulit (jika memakai dry suit), lubang telinga dan telinga
tengah, sinus, gigi, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Ketidakseimbangan
tersebut akan menyebabkan barotrauma yang dapat berupa squeeze, kerusakan
organ, atau minimal menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze
adalah pengerutan jaringan tubuh akibat dari tidak dapatnya jaringan tubuh
menyamakan tekanan atau equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi
pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat equalisasi
sehingga terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal ini mengakibatkan
kapiler darah di muka rusak dan menyebabkan pendarahan ke dalam kulit
(ecchymosis) dan pendarahan konjungtiva.
Squeeze Lubang Telinga
Terjadi
karena adanya udara yang terperangkap di dalam lubang telinga. Udara tersebut
dapat terperangkap karena:
- Serumen (kotoran telinga).
- Earplug (tidak boleh dipakai dalam penyelaman)
- Hood atau penutup kepala.
- Wet suit/dry suit yang menutup telinga.
Hal
ini menyebabkan terbentuknya ruang bertekanan negatif sehingga dapat
menyebabkan hal yang sama. Gejala meliputi sakit pada telinga, pembengkakan,
kemerahan kulit lubang telinga. Pada kasus yang parah dapat terjadi robek
gendang telinga.
Squeeze Sinus (Barosinusitis)
Mekanismenya
sama dengan squeeze lain. Jika pada saat turun ke dalam. Jika terdapat sumbatan
pada saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze. Sumbatan ini disebabkan
oleh:
- Sinusitis (infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan saluran ke hidung.
- Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.
- Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip terdapat pada rongga hidung.
- Lipatan jaringan yang berlebihan.
- Sumbatan oleh lendir yang mengering.
Gejalanya
yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe
yang jarang yaitu reverse sinus squeeze yang terjadi pada saat naik ke
permukaan. Kondisi ini diakibatkan karena tingginya tekanan udara dalam sinus.
Ini biasanya terjadi pada penyelam yang mengalami infeksi saluran pernapasan
atas atau alergi berat yang minum obat dekongestan (mengurangi produksi cairan)
sesaat sebelum menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di
kedalaman.
Pencegahan
barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat terkena
infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat mengakibatkan penutupan
saluran sinus.
Squeeze Gigi (Barodontalgia)
Nama
lainnya yaitu aerodontalgia. Kondisi ini disebabkan karena adanya gas yang
terperangkap di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas akan
mengakibatkan terbentuknya tekanan negatif atau positif di dalam ruangan yang
terbatas. Hal ini akan merangsang struktur sensitif gigi danmengakibatkan rasa
sakit. Barodontalgia dapt disebabkan oleh kondisi sebgai berikut.
- Karies (karang gigi).
- Restorasi gigi (penambalan gigi).
- Luka di daerah mulut.
- Cabut gigi (belum lama).
- Abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).
- Terapi pada akar gigi.
Jika
terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan laut,
tekanan di luar gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi akan pecah ke
arah dalam, dan ruangnya akan terisi darah.
Kebalikannya,
jika kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke permukaan
volumenya akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan gigi pecah ke
arah luar.
Untuk
mencegah barodontalgia, setiap penyelam harus menunda penyelaman sedikitnya 24
jam setelah terapi/tindakan pada gigi.
Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)
Tingkat
kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar 40 % dialami oleh para
penyelam.
Hal
ini terjadi jika terdapat sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga di
telinga tengah yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba eustachius.
Tersumbatnya saluran tuba eustachius
dapat disebabkan oleh:
- Infeksi saluran napas atas.
- Allergi.
- Rokok.
- Polip.
- Trauma wajah yang dialami sebelumnya.
Dapat juga terjadi jika penyelam lupa melakukan equalisasi dengan cara Manuver Valsava dan Frenzel.
- Manuver Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung tertutup dan lidah ke arah belakang untuk meningkatkan tekanan rongga faring yang diteruskan ke dalam telinga tengah melalu tuba eustachius. Manuver ini juga dapat membuka tuba eustachius yang tertutup. Biasa disebut mengedan.
- Manuver Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir ditutup dan lubang hidung di tekan (memencet hidung).
Biasanya
penyelam sudah mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60 mmHg.
Manuver ini baik dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam tidak melakukan
equalisasi dengan manuver ini pada perbedaan tekanan lebih dari 100-400 mmHg
(4,3-17,4 feet) maka akan terjadi squeeze yang dapat mengakibatkan robek
gendang telinga. Air dingin kemudian masuk ke telinga tengah dan menyebabkan
vertigo.
Gejalanya
terjadi sesaat penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga mengeluh rasa
sakit dan rasa penuh dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya semakin
parah sehingga penyelam dapat meneruskan atau menghentikan penyelaman.
Pencegahannya
dengan selalu equalisasi setiap turun ke kedalaman.
Barotrauma Telinga Dalam
Merupakan
barotrauma yang sangat serius karena akan menyebabkan ketulian permanen.
Barotaruma ini jarang terjadi. Trauma ini terjadi karena perbedaan tekanan yang
bermakna antara telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini disebabkan terlalu
kuatnya manuver Valsava atau turun ke dalam terlalu cepat.
Gejalanya
utama yaitu berdenging, vertigo, dan tuli. Dapat juga disertai rasa penuh pada telinga,
mual dan muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala ini bisa timbul segera setelah
trauma atau dapat berkembang dalam 1 jam, tergantung aktivitas penyelam selama
dan sesudah penyelaman.
Alternobaric Vertigo
Merupakan
barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang
disebabkan karena perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang
menyebabkan perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo. Vertigo ini
hanya sebentar dan tidak memerlukan penanganan dapat membuat penyelam panik,
yang dapat mengakibatkan tenggelam, kerusakan paru, atau emboli udara, atau
trauma lain yang sangat serius.
Gejalanya
yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali.
Pencegahannya yaitu:
- Jangan memaksakan diri bilamana rasa sakit menetap.
- Jangan melakukan penyelaman terlalu dalam dan hentikan penyelaman.
- Jangan menyelam sewaktu kepala sakit/pusing.
Bila
mengalami hal ini berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan itu
hilang. Jangan muncul kepermukaan selama masih ada reaksi dan bernapas dengan
wajar.
Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)
Hal
ini sering terjadi pada penyelam yang masih baru. Karena saluran pencernaan
lunak, adanya gas di dalam usus selama turun ke dalam tidak menyebabkan
barotaruma. Tetapi adanya pengumpulan gas selama di kedalaman akan menyebabkan
barotrauma pada saat naik. Hal yang mengakibatkannya yaitu:
- Manuver Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang terutama pada posisi kepala di bawah yang mengakibatkan udara terdorong ke lambung.
- Mengunyah permen karet selama penyelaman.
- Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum menyelam.
Gejalanya
yaitu rasa penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau buang
angin. Hal yang serius jika terjadi perangsangan saraf yang menyebabkan jantung
lemah berkontraksi dan penekanan pada vena oleh usus, tapi hal ini jarang.
Squeeze Kulit
Squeeze
kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara yang
terperangkap pada lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman tekanan negatif
terjadi pada area tersebut, sehingga menyebabkan pembuluh darah kapiler kulit
pecah dan darah keluar mengisi ruang tekanan negatif. Kulit berwarna kemerahan.
Tidak memerlukan perawatan dan sembuh dalam beberapa hari/minggu.
Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan
Pengembangan
Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma of Ascent (Pulmonary OverPressurization
Syndrome) atau POPS
Pengembangan
melewati batas pada paru-paru dapat terjadi pada penyelam yang menyelam yang
melewati tekanan lebih, dengan menahan napas tiba-tiba muncul di permukaan yang
lebih rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum Boyle).
Gelembung
akibat pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain dan gejalanya tergantung
dari lokasi dan volume udara yang masuk. Manifestasinya yaitu:
- Mediastinal emphysema
- Subcutaneous emphysema
- Pneumothorax
- Emboli udara
Biasanya
penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami bouyancy
positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau inflasi BC secara
cepat.
Hal
ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh menahan
napas saat muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam yang memakai
peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi
pengembangan paru yang melewati batas yang paling sering yaitu mediastinal
emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke rongga antara
paru-paru di dekat jantung dan tenggorokan.
Gejalanya
yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas, atau
sakit pada saat makan. Dapat pula pingsan.
Penanganannya
yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan rekompressi
dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama fase penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari
daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah leher, di
bawah kulit di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa pecah.
Gejalanya
yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek dan
cepat, udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan kebiruan.
Penanganan
sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan
ahli.
Pneumothorax
Jarang
sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus dan
gelembung udara langsung memenuhi rongga udara antara paru-paru dan selaput
paru (pleura).
Gejalanya
yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam
kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax yang
sangat besar dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena tekanan yang
tinggi. Ini merupakan keadaan darurat. Gejalanya yaitu sakit dada yang berat,
pengembangan dada tidak sama yaitu paru yang terkena agak tertinggal, dan
adanya penekanan ke trakea menjadi tidak lurus. Biasanya terjadi penekanan
jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan
yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi maka udara
yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh atau
dengan pengawasan ahli.
Emboli
Udara
Adalah
pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran darah,
akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh gelembung-gelembung udara
langsung dari paru-paru.
Misalnya,
jika penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru mengembang 4
kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka menekan paru dan alveoli pecah
bersaamaan dengan pecahnya pembuluh darah. Udara terbawa ke kapiler paru dan
dibawa ke ventrikel kiri, kemudian di pompa kesuluruh tubuh lewat arteri.
Adanya kumpulan udara dalam arteri akan membentuk sumbatan sehingga jaringan
kekurangan oksigen. Jika otak mengalami hal tersebut maka akan berakibat
kematian.
Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan penglihatan, nyeri dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang disertai busa bercampur darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.
- Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
- Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan gelembung-gelembung udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.
- Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi besarnya gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran darah ke otak.
Pencegahan emboli udara yaitu penyelam
harus bernapas secara wajar saat memakai peralatan scuba dan tidak menahan
napas saat muncul ke permukaan, keluarkan napas secara terus menerus. Napas
harus dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari permukaan.
2. Efek Tidak Langsung Tekanan
Oxygen Toxicity (Keracunan Okisgen)
Oksigen
merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Oksigen yang dihirup
adalah 1/5 dari semua oksigen yang ada. Bila campuran gas yang dihirup terdiri
dari O2 20 % maka oksigen yang terpakai oleh tubuh adalah hanya 4 % nya
sedangkan 16 % dihembuskan.
Meskipun
dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan
keracunan. Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi pada penyelaman
meningkatkan tekanan parsial oksigen.
Pada
kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan menghirup tekanan O2 1 ATA atau O2
100 % seperti menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang tinggi
menyebabkan terlalu cepatnya proses metabolisme, merusak protein tubuh dan
syaraf. Hal dapat terjadi pada penyelam yang menggunakan Nitrox.
Manifestasi
gejala pada pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat bernapas, pada sistem
saraf pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka sekitar bibir, gangguan
penglihatan, mual, banyak berkeringat dan kejang. Apabila terjadi di air maka
berakibat fatal.
Penanganannya dengan diberikan udara
segar, jangan oksigen murni.
Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2 murni.
Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2 murni.
Narcose
(Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan
bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di permukaan nitrogen
merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia tidak bercampur dalam
darah.
Nitrogen
melarutkan oksigen dalam campuran udara dan menjadikan udara aman untuk
bernapas. Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh karena inert. Maka dengan
inilah alasan utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke permukaan harus
perlahan.
Sesuai
dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat saat menyelam. Nitrogen
memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan) yang meningkatkan kepercayaan
diri, dan mengurangi kognisi dan penilaian situasi sehingga menyebabkan teknik
menyelam kacau yang bisa fatal bagi penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman
70- 100 feet tapi setelah kedalaman 100 feet semua penyelam akan mengalami
keracunan.
Pada
penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan, euforia, perasaan
gamang, dan kelainan sensorik. Gejala memburuk jika semakin dalam. Pada
kedalaman 100 FSW, penyelam semakin keracunan, dengan gejala berkurangnya
penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan reflek yang menurun. Pada kedalaman
250-300 FSW, terdapat halusinasi lihat dan dengar dan pandangan gelap. Penyelam
akan tidak sadar pada kedalaman 400 FSW. Hal ini sering disamakan dengan minum
Martini (minuman alkohol).
Oleh karena itu penyelam scuba dengan udara kompresi
tidak boleh menyelam lebih dari 100 FSW. Jika ingin menyelam lebih dalam
gunakan Heliox.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke permukaan dan istirahat atau ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala menghilang. Hindari menyelam terlalu dalam dan kenalilah kemampuan diri dan pelajari gejala-gejala tersebut.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke permukaan dan istirahat atau ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala menghilang. Hindari menyelam terlalu dalam dan kenalilah kemampuan diri dan pelajari gejala-gejala tersebut.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen) Merupakan gas buang tubuh manusia.
Jika menyelam dengan menahan napas (skin diving) maka kadar CO2 di tubuh akan
menumpuk. Bila penumpukan tersebut mencapai kadar 4 % maka penyelam harus
menghembuskan napas. Bila penyelam skin menahan napas dapat keracunan CO2
(hiperkapnea).
Pada
penyelam scuba hal ini dapat terjadi, misalnya karena malfungsi regulator. Pada
penyelam closed circuit , kegagalan absorpsi CO2 oleh absorber dapat
menyebabkan keracunan.
Pada
permukaan konsentrasi dengan CO2 5-6 % mengakibatkan sesak napas, napas cepat,
dan pusing. Pada kadar 10 %, tekanan darah turun menyebabkan pingsan. Bila
kadar 12-14 % terjadi depresi pernapasan dan saraf pusat yang mengakibatkan
kematian. Keracunan CO2 kerentanan terhadap narkosis nitrogen, keracunan
oksigen dan penyakit dekompresi karena menyebabkan pelebaran pori pembuluh
darah.
Gejalanya
yaitu konsentrasi berkurang, kontrol otot menurun dan fungsi motorik terganggu
serta kelelahan lalu pingsan.
Penanganan dengan cara memberikan
udara yang segar, dan bila ada O2 murni. Untuk menghindari bernapaslah secara
wajar, hindari suplai udara yang tidak bersih serta peralatan yang tidak baik.
Penyakit Dekompresi (Decompression
Sickness)
Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi
dimana terbentuknya gelembung udara di dalam darah tanpa mengalami pecahnya
alveoli paru.
Gejalanya
lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di pembuluh darah yang
menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara perlahan.
Pencegahannnya:
Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan Laut dan penyelam komersil
seluruh dunia telah membuat tabel selam berdasarkan kalkulasi. Oleh karena itu
setiap penyelam harus bisa membaca tabel selam. Yang dipakai umumnya adalah U.S.
Navy Standard Air Decompression Tables.
Efek dan Bahaya Lingkungan Selam Non Tekanan pada Tubuh
Fungsi tubuh manusia berfungsi dengan baik dalam suhu internal dengan kisaran pendek. Suhu tubuh normal 98.6°F (37°C) dan dipertahankan oleh tubuh, ditambah dengan pakaian dan mengatur suhu udara di lingkungan bila cuaca terlalu panas atau dingin. Sebelum melakukan selam ulang sebaiknya tubuh dipanasakan karena absorpsi nitogen meningkat bila suhu tubuh turun.
Sunburn
(Terbakar Matahari).
Kenyamanan
suatu kegiatan penyelaman adalah sangat mutlak bagi penyelam. Penyelaman di
atas Ruber (Sekoci Karet) di bawah teriknya matahari sangatlah tidak
menyenangkan. Untuk menghindari diri dari terik matahari diperlukan pakaian
yang dapat meredam panas.Pada saat snorkeling juga dapat tertimpa terik panas
matahari. Gunakan vaselin pelindung kulit karena panas dapat melindungi kulit.
Panas juga dapat meningkatkan metabolisme sehingga tenaga penyelam cepat habis.
Gunakan sunblock, semakin tinggi angka UVF semakin efektif, tetapi gunakanlah
sunblock yang tahan lama oleh air dan keringat.
Heat
Exahaustion/Heat Stroke (Tersengat Matahari).
Seorang
penyelam snorkeling yang berada di bawah terik matahari dapat meningkatkan suhu
badan penyelam. Apabila kepanasan dibiarkan begitu saja berakibat heat
exhaustion/heat stroke. Suhu badan yang meningkat, kulit kering, napas
cepat dan pendek mengakibatkan heat stroke dan biasanya diawali dengan heat
exhaustion. Gejalanya adalah gelisah, pucat, mual, berkeringat dan denyut nadi
lemah. Untuk menghindari ini berlindung di tempat teduh, pemakaian perahu
kapal yang ada tempat berteduh sangat efektif. Minum air untuk mencegah
dehidrasi jika waktu menyelam masih lama. Gunakan pakaian yang tidak menyerap
panas (yang baik berwarna putih). Dapat pula dicegah dengan membasahi topi atau
rambut dengan air.
Hipotermia
(Kehilangan Panas Badan).
Kondisi medan penyelaman dapat membuat keadaan yang tidak
nyaman. Terutama perairan yang dingin, penyelam dapat menggigil dan dapat
terjadi hipotermia yaitu kehilangan panas badan.Pemakaian pakaian selam yang
sesuai sangat diperlukan, apalagi daerah perairan yang dingin atau penyelaman
dalam. Kedinginan yang amat sangat akan berakibat kelelahan karena
metabolisme tubuh banyak dipakai untuk menghasilkan panas. Bila terjadi dalam
air, hentikan penyelaman dan naik ke permukaan lalu istirahat. Pulihkan suhu
badan dengan menghangatkan tubuh.
- Mabuk Laut. Mabuk laut terjadi sebagai akibat dari hilangnya keseimbangan tubuh karena kondisi yang tidak sehat. Gejalanya mual, lemas, berkeringat dingin, pusing dan muntah. Pencegahannya jika kondisi tidak sehat jangan menyelam, istirahat yang cukup, tempat yang tenang, dan udara segar.
- Dehidrasi. Dehidrasi biasanya terjadi pada penyelam di zona daerah tropis. Dehidrasi adalah hilangnya air dari tubuh yang disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit darah seperti natrium, kalium, dan klorida. Penyebabnya yaitu banyaknya keringat yang keluar atau lama bernapas dengan udara kering/tidak lembab. Berat tubuh dan gradien tekanan hidrostatik yang diimbangi tekanan air sekitar penyelam mebuat darah banyak terkumpul di vena kaki. Hali ini menyebabkan urinasi yang berlebihan dan berakibat dehidrasi. Udara yang digunakan merupakan udara kering sehingga penguapan air diparu-paru semakin besar. Dehidrasi dapat menyebabkan penyelam rentan terhadap decompression sickness. Penyelam harus banyak minum selama penyelaman.
Ancaman dan Bahaya Lain
Aspek Kejiwaan
Kenapa kebanyakan orang takut kedalam air, jawabnya adalah manusia adalah makhluk darat yang terbiasa sejak kecil selalu di daratan. Setelah belajar dan bisa berenang maka akan meningkatkan kepercayaan diri terhadap dalamnya air.
Kepanikan
adalah hal yang biasa bagi penyelam baru. Terbiasa di lingkungan kolam dengan
suasana nyaman kemudian berganti lingkungan laut luas dengan dalam tidak
terukur dan gelap.
Bila
mengalami masalah apapun di dalam penyelaman jangan panik, tetap melakukan sesuatu
sesuai prosedur dan jangan mengambil langkah pintas. Bila patner dive kita
panik bicaralah dengan isyarat tangan supaya tidak panik dan membantu masalah
yang dialami. Kenali medan penyelaman sebelum memulai penyelaman.
Kram
Pemanasan
yang kurang sebelum menyelam dapat menyebabkan kram. Otot terasa tertarik dan
sakit. Lakukan pemanasan yang cukup untuk memulai suatu penyelaman. Untuk
mengatasi kram perlahan-lahan kendorkan otot yang terkena dan bergerak
perlahan. Jangan panik jika hal ini terjadi.
Carotid Sinus Reflex
Carotid sinus reflek terjadi karena sirkulasi pernapasan yang tidak baik sehingga suplai darah ke otak berkurang atau tekanan yang kuat pada sinus carotid (leher). Gejalanya sakit kepala, perasaan tidak enak, dan mata terlihat melotot. Kendorkan pakaian yang menyebabkan tekanan, gunakan pakaian yang nyaman dan tidak ketat.
Carotid sinus reflek terjadi karena sirkulasi pernapasan yang tidak baik sehingga suplai darah ke otak berkurang atau tekanan yang kuat pada sinus carotid (leher). Gejalanya sakit kepala, perasaan tidak enak, dan mata terlihat melotot. Kendorkan pakaian yang menyebabkan tekanan, gunakan pakaian yang nyaman dan tidak ketat.
Pernapasan Memburu
Bentuk pernapasan yang berbahaya yang timbul karena memaksakan diri, kelelahan, kedinginan, takut dan panik. Semua itu menimbulakan pernapasan yang cepat dan pendek-pendek, sehingga udara yang masik dan keluar hanya di jalur atas pernapasan. Akibatnya pergantian O2 dan CO2 tidak efisien karena sirkulasi yang tidak baik, penyelam akan kesulitan mengambang dan berenang bahkan pingsan.
Setiap penyelam harus menguasai keadaan dan bernapas secara wajar serta mampu untuk dapat beristirahat di permukaan atau mengapung. Disini di perlukan water trafen dan floating.
Kadar Gula Darah Rendah/Hipoglikemia
Tubuh manusia merupakan mesin pembakaran yang memerlukan ± 100 kalori perjam untuk pekerjaan ringan dan untuk menyelam diperlukan 800 kalori. Glukosa merupakan penyumbang energi selain protein dan lemak. Glukosa merupakan sumber energi utama otak.
Bentuk pernapasan yang berbahaya yang timbul karena memaksakan diri, kelelahan, kedinginan, takut dan panik. Semua itu menimbulakan pernapasan yang cepat dan pendek-pendek, sehingga udara yang masik dan keluar hanya di jalur atas pernapasan. Akibatnya pergantian O2 dan CO2 tidak efisien karena sirkulasi yang tidak baik, penyelam akan kesulitan mengambang dan berenang bahkan pingsan.
Setiap penyelam harus menguasai keadaan dan bernapas secara wajar serta mampu untuk dapat beristirahat di permukaan atau mengapung. Disini di perlukan water trafen dan floating.
Kadar Gula Darah Rendah/Hipoglikemia
Tubuh manusia merupakan mesin pembakaran yang memerlukan ± 100 kalori perjam untuk pekerjaan ringan dan untuk menyelam diperlukan 800 kalori. Glukosa merupakan penyumbang energi selain protein dan lemak. Glukosa merupakan sumber energi utama otak.
Hipoglikemia
adalah kadar gula darah yang rendah di dalam darah. Dengan membiasakan makan
secara teratur sebelum menyelam dapat menghindari kekosongan perut, yang
menyebabkan hipoglikemia.
Gejalanya
yaitu pusing, mual muntah. Bisa disertai rasa lapar, mati rasa, menggigil,
pingsan dan kejang.
Kondisi
Fisik Penyelam
Kondisi
fisik yang sehat merupakan keharusan bagi penyelam dalam melakukan penyelaman.
Bila badan terasa sakit tundalah menyelam.
Selalu
tingkatkan daya tahan tubuh dengan olahraga lari dan berenang dengan fins yang
merupakan kebutuhan individu penyelam. Olahraga tersebut harus dilakukan secara
rutin sehingga tercapai kondisi prima.
Minuman
Alkohol
Seorang
penyelam yang minum alkohol dapat mengganggu pertukaran gas pada jaringan
tubuh. Sebaiknya hindari minuman beralkohol.
Penerbangan
Tekanan
kabin pesawat komersial (pressurized cabin) sama dengan tekanan di ketinggian
5000 to 8000 feet, dimana nitrogen yang terlarut di dalam darah menjadi
kumpulan udara dalam pembuluh darah. Tekanan kabin juga tergantung umur dan
pemeliharaan pesawat.
Penyelam
boleh terbang walaupun dengan pesawat pressurized cabin sedikitnya 12 jam
setelah penyelaman tanpa dekompresi (no-decompression diving). Pada penyelaman
dekompresi hindari penerbangan sedikitnya 24 jam setelahnya.
Hindari
penerbangan yang melebihi 8000 feet (jika tanpa pesawat pressurized cabin),
dan tunggu 24 jam untuk semua penyelam yang menggunakan udara kompresi.
Aspek Pengisian Kompressor
Untuk
mengisi tabung udara scuba dibutuhkan peralatan lain yaitu kompressor pengisian
tabung tekanan tinggi. Penyelam harus dapat mengoperasikan kompessor mesin
kompressor secara benar, memperhatikan keadaan lingungan sekitar. Daerah
pengisian yang bagus yaitu lokasi yang berudara sejuk /segar.
Perhatikan
arah angin pada saat pengisian dengan menempatkan posisi knalpot kompressor
searah angin. Hal ini untuk menghindari polusi udara knalpot masuk ke
kompressor pengisian. Bila hal itu terjadi, maka tabung udara yang diisi akan
tercampur gas karbonmonoksida.
Keracunan
Karbon Monoksida
Karbondioksida
merupakan gas yang tidak berwarna, bersifat sangat toksik karena mengikat Hb
200 kali lebih kuat dari oksigen. Sehingga kadar oksigen darah turun.
Keteledoran
penyelam yang mengisi tabung udara berakibat fatal bagi penyelam yang memakai
tabung tersebut. Gas CO yang masuk ke dalam kompressor dan diteruskan ke tabung
udara akan menyebabkan keracunan.
Gejalanya
adalah pusing, mual, lemas, bahkan pingsan.
Berikan
udara segar/O2 murni bila tersedia dan istirahat selama 24 jam setelah
pengobatan.
Lipid
Pneumonia-up Oli
Bercampurnya
oli kompresor dengan udara yang diisikan tabung scuba mengakibatkan pencemaran
udara. Apabila udara yang tercemar tersebut dipakai penyelam maka akan menjadi
radang paru-paru.
Perlu
penggantian filter kompressor secara rutin. Perhatikan ketentuan penggantian
filter yang telah ditentukan, untuk pengisian tabung dibuatkan catatan
Penyelamatan
Apabila
melihat rekan selam yang mengalami kesulitan di dalam air sesegera mungkin
memberikan pertolongan dengan terlebih dahulu mengamati kesulitannya. Yang
perlu diperhatikan adalah penyelam yang mengalami kepanikan. Untuk itu lakukan
teknik mendekati penyelam sebagai berikut:
- Mendekati korban dengan isyarat/teriakan agar tenang.
- Setelah dekat dengan korban katakan pesan yang menenangkan. Seperti “ Oke saya akan membantu, kamu tenang dulu”.
- Meraih power inflator house dan kembangkan BCD.
- Tarik korban dari arah posis belakang dengan tetap memberikan pesan yang menenangkan.
- Setelah dekat kapal/pantai lepaskan peralatannya.
- Berikan bantuan untuk naik ke kapal/pantai.
Resusitasi Jantung Paru dan P3K
Untuk
pertolongan orang tenggelam diperlukan kemahiran dalam pertolongannya. Latihan
dan pengetahuan ahli medis sangatlah dibutuhkan untuk dapat mengatasi hal
tersebut.
Bila
korban tenggelam tindakan pertama adalah membawa korban ke tempat yang aman
(dapat dilakukan dalam air jika jarak ke kapal/darat jauh) dan periksa
pernapasan. Bila tidak bernapas lakukan bantuan napas mulut ke mulut. Berikan
awalan dua hembusan kemudian satu hembusan tiap lima detik. Panggil orang lain
untuk menolong/ memanggil ambulan.
Setelah
memberikan bantuan napas, periksa denyut nadi. Bila tidak terdapat denyut nadi
maka harus dilakukan kompresi jantung cari luar.
Kompresi
jantung dari luar harus dilakukan harus dilakukan oleh orang ahli/mengetahui
cara. Seorang penyelam diharuskan mengetahui hal ini. Kompresi jantung
dikombinasikan dengan pemberian napas mulut ke mulut. Berikan awalan dua
hembusan dengan 30 kompresi. untuk penolong dua orang, awalan dua hembusan, dan
15 kompresi kemudian diulang sampai 3 siklus (hembusan + napas). Cek
keefektifan kompresi dengan meraba nadi.
Pendarahan
Seorang yang mengalami pendarahan apabila tidak segera mendapatkan pertolongan berakibat fatal. Penyelam yang melihat korban karena pendarahan harus melakukan pertolongan awal .
Caranya yaitu:
-
Menekan
luka dengan kapas dan pakaian. Dapat dilakukan di darat karena di air akan
sia-sia.
-
Menekan
pembuluh darah dengan jari sehingga darah berhenti keluar.
-
Dengan
torniquet (melilitkan kain/apa saja) terutama pada daerah yang disebabkan
pendarahan arteri yang besar.
Dengan itu penyelam harus tahu letak pembuluh darah
arteri sehingga darah yang keluar berhenti. Setelah di darat, tekan pendarahan
dengan kapas atau pakaian yang kering.
Shock
Shock disebabkan kurangya aliran darah ke jaringan. Kurangnya darah bisa disebabkan karena pendarahan atau dehidrasi. Tandanya yaitu penderita apatis, gelisah, muka pucat dengan bibir kebiruan, keringat dingin, lemas, napas lambat, nadi cepat dan tidak teratur dan tekanan darah rendah dan beda sistol diastol < 20 mmHg.
Penanganannya
yaitu:
- Pastikan mendapat udara segar/oksigen yang cukup.
- Kontrol pendarahan
- Naikkan kaki dan paha sehingga darah yang mengalir ke otak dan jantung meningkat walaupun sedikit. Tidak boleh menaikkan perut karena korban akan sulit bernapas. Pada trauma kepala dan dada lebih baik, bagian tubuh atas dinaikkan. Tetapi posisi yang baik adalah tetap telentang.
- Korban jangan terlalu banyak bergerak. Fiksasikan.
- Segera kirim ke petugas untuk mendapat perawatan lanjut.
P3K
Setiap penyelaman sebaiknya kotak P3K selalu ditempatkan dekat dengan posisi penyelaman, sehingga bila sewaktu terjadi kecelakaan dapat segera memberikan P3K kepada korban. Keberadaan dokter sangat disarankan. Sebelum menyelam kenali lingkungan setempat dan lokasi layanan kesehatan terdekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar